Saturday, 21 March 2020

Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Keluhkan Kekurangan Tenaga Perawat & APD

Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Keluhkan Kekurangan Tenaga Perawat & APD

Rumah Sakit Rujukan Covid-19 Keluhkan Kekurangan Tenaga Perawat & APD

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadillah mengatakan mendapatkan surat dari pihak RSPI Sulianti Saroso yang meminta bantuan tenaga keperawatan. Hal itu menunjukkan, adanya kekurangan tenaga perawat untuk menangani virus corona.

"Terutama yang misalnya di RS rujukan itu Persahabatan, Sulianti. Kemarin kami sudah dapat surat dari Dirut Sulianti untuk minta bantuan tenaga keperawatan, bermakna bahwa sudah ada satu kondisi memang kekurangan di sana," kata Harif dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (21/3).

Sementara itu, untuk membantu program pemerintah kini pihaknya telah melakukan rekrutmen relawan menjadi perawat.

"Hari ini kami mencoba untuk membantu pemerintah itu dengan rekrutmen relawan perawat ya. Bilamana eskalasi ini dipuncak, baru 2 hari dia sudah 450 orang, kami punya data, mudah-mudahan nanti sore akan kami serahkan ke pemerintah," ujar Harif.

"Kemarin khusus wilayah DKI itu sudah terekrut 146 orang dan kami sudah serahkan kepada Pemda DKI, mudah-mudahan itu bisa semua kriterianya bisa terpenuhi dan dapat membantu," sambungnya.

Meski begitu, sejumlah perawat relawan tersebut banyak yang mempertanyakan kepada pihaknya tentang kelengkapan diri untuk menjadi relawan seperti APD, siapa yang bertanggungjawab, kebijakannya seperti apa serta makanannya.

"Saya yakin, saya pikir kami jawab aja semua sudah dipikirkan oleh pemerintah, walaupun kita belum dapat informasi. Tapi kita mencoba untuk bagaimana bisa mendata dahulu, sehingga pada suatu saat eskalasi, kita bisa berikan ini data-data untuk bisa menjadi bantuan kepada pemerintah," jelasnya.

Tenaga Medis Daerah Keluhkan Minimnya APD
Tak hanya itu, ia juga mengaku banyak menerima keluhan dari berbagai rumah sakit yang berada di daerah-daerah. Keluhan yang ia terima yakni APD dalam mengatasi virus corona.

"Sehingga ini yang menjadi perhatian, tentu kami kepada Kementerian Kesehatan, menurut informasinya juga sudah akan disediakan oleh BUMN," ucapnya.

Ia pun tak mengetahui secara pasti, apa yang menjadi penyebab minimnya APD untuk para perawat, tenaga kesehatan atau tenaga medis.

"Saya enggak paham ya (stok dalam negeri enggak ada) katanya bahan bakunya dari impor ya. Negara impor itu mungkin negara China barangkali yang sekarang sedang terdampak gitu. Sehingga ada hambatan dalam produksinya, dan distribusi dari APD ini kan didistribusikan kepada Dinkes Provinsi masing-masing. Dari situ Dinkes ke tempat yang dituju," tuturnya.

Saat disinggung, berapa persen petugas atau perawat yang bertugas dengan APD minim dan risiko tinggi. Ia pun membagi dua kriteria, jika di RS rujukan yang sudah ditunjuk pemerintah sudah disiapkan. Terlebih, RS besar seperti Persahabatan, Sulianti Saroso, Fatmawati yang memang sudah disiapkan.

"Tapi menurut berita temen-temen di sana juga, itu persedian juga, saya memiliki wawancara dengan Dirut Sulianti Saroso semalam itu hanya dua minggu kesediannya itu lagi, itu baru di RS Sulianti yang top revalnya untuk infeksi," terangnya.

"Kemudian kedua RS yang non reval atau pra rujukan ini juga kadang-kadang mereka itu juga, terutama temen-temen yang di UGD. Di UGD itu kan sampai hari ini kita mengatakan bahwa setiap pasien kita bisa anggap Covid gitu, nah tentu perlakuan atau perlindungan dirinya harus menyesuaikan dengan itu," tambahnya.

Namun, persedian di RS juga terbatas dan persedian di luar pun juga tidak ada jika ingin membeli. "Sehingga teman-teman ini praktis merubahnya itu dengan yang biasanya setiap pasien itu adalah satu misalnya apa namanya terus diganti dibuang, ini satu shift digunakan, gitu juga di kamar operasi har ini. Satu shift digunakan, harusnya setiap pasien itu diganti begitu," katanya.

Terlebih, apabila ada perawat yang menggunakan jas hujan untuk melindungi dirinya yang belum tentu sesuai dengan SOP yang ada. "Bahkan di kesehatan enggak bisa seperti tidak ada rotan akar pun jadi. Karena ada standar, bisa aja jas hujan sama-sama dari plastik, tapi ada plastik yang bisa ditembus virus, karena itu tidak standarisasi," ujarnya.

"Nah, sebenernya bila APD itu kita yakini perawat enggak terlalu khawatir untuk melaksanakan, karena prosedur-prosedur dia setelah melayani pasien, kemudian kan dia APD satu kali ganti. Kemudian dia pulang disediakan ada tempat mandi khusus, dan dia pulang dia sudah merasa aman bisa bertemu keluarga," tutupnya.

No comments:

Post a Comment