Warga Lampung Mengaku Dengar Suara Gemuruh, Ini Kata BMKG

Sejumlah warga di beberapa wilayah Provinsi Lampung mengaku mendengar suara dentuman dan gemuruh misterius. Suara tak biasa itu terdengar sejak Selasa (25/12) hingga Rabu dini hari. Mereka kini cemas.
Dikutip dari Antara, Rabu (26/12), Yaya Sudrajat, warga Pulau sebesi mengaku tidak merasakan adanya getaran. Namun mendengar suara gemuruh, kilatan api seperti petir. Pulau Sebesi berlokasi di gugusan Pulau Selat Sunda, dekat dengan kawasan Gunung Anak Krakatau dengan jarak sekitar 11 mil.
Pada siang hari sebelumnya, warga setempat juga melihat abu yang menghumbung dari puncak Gunung Anak Krakatau. Hal itu membuat Ruli, warga Ketapang, Lampung Selatan, menduga kilatan cahaya dan suara gemuruh terus menerus yang dia dengar berasal dari arah Gunung Anak Krakatau.
Beberapa warga lainnya juga mempertanyakan suara dentuman atau gemuruh dan kilatan petir itu.
Andi Suardi, petugas pengamat atau Kepala Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Bakauheni, Lampung selatan melalui sarana media sosial infocuaca BMKG Lampung menyatakan suara dentuman itu hingga Rabu dini hari masih terdengar. Namun tidak tahu apakah suara itu bisa sampai ke Kabupaten Mesuji, Lampung, mengingat di Kalianda, Ibu Kota Lampung Selatan saja tidak terdengar.
Beberapa warga di kawasan pesisir Selat Sunda di Lampung selatan mengaku hingga Rabu pagi ini masih mendengar suara dentuman. Mereka menduga suara berasal dari aktivitas gunugn anak Krakatau.
Berkaitan hal itu, dalam penjelasan tertulis dari BMKG Lampung disampaikan bahwa hingga saat ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Benacana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM terus melakukan pemantauan kondisi aktivitas tremor Gunung Anak Krakatau atau pun kondisi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Sebab kondisi ini sewaktu-waktu dapat mengakibatkan longsor tebing kawah Gunung Anak Krakatau ke lau dan berpotensi memicu gelombang tinggi atau tsunami.
Meski demikian, masyarakat diminta tetap waspada dan menghindari lokasi pesisir/pantai setidaknya sejauh minimal satu kilomter dari bibir pantai tersebut.
BMKG juga menyatakan terkait dentuman, pihaknya tidak mendeteksi adanya awan Cumulonimbus yang signifikan di wilayah Lampung selain yang ada di wilayah Gunung Anak Krakatau saat ini. Ketinggiannya mencapai lebih dari 10 km terlihat dengan jelas adanya kilat dari arah kantor BMKG Lampung di Bandara Radin Inten II Brantim lampung Selatan.
Namun untuk dentuman, pihaknya tidak mendengarnya sama sekali sampai saat ini, Mengingat jarak dengan Gunung Anak Krakatau kurang lebih 100 km.
Pihak BMKG Lampung menyatakan pula, untuk detail mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau, bisa untuk menghubungi pihak PVMBG karena pihak BMKG tidak paham mengenai detail kondisi dan pemantauan aktivitas gunung api di dalam laut tersebut.
BMKG meminta masyarakat tetap sabar dan selalu mencari informasi dari sumber yang benar, tepat, dan terpercaya, sehingga tidak mudah terhasut informasi yang tidak benar maupun hoaks disebarkan pihak bertanggung jawab hanya akarena menimbulkan keresahan di tnegah masyarakat yang mengalami bencana.
 
 
No comments:
Post a Comment